16/12/2009 22:32

Surat dari Prelat OPUS DEI : Desember 2009

Ketika kegembiraan Natal kembali semakin dekat, Prelat Opus Dei mendorong kita "untuk membantu memulihkan makna Kristiani atas pesta ini pada masyarakat."

 

02 Desember 2009

Anak-anak yang kukasihi : semoga Yesus menjaga kalian semua untukku !

Natal dengan kebaruan yang mengagumkan sekali lagi semakin dekat, sebuah pesta dirayakan hampir di mana-mana, bahkan di tempat-tempat di mana Kristus hampir tidak dikenal. Bagi banyak orang itu hanya sebuah kesempatan untuk memberi dan menerima hadiah, untuk mengambil beberapa hari istirahat, atau hanya untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga mereka. Namun, setelah menerima karunia iman, kita tahu makna sebenarnya dari perayaan ini: "setiap Natal bagi kita haruslah menjadi sebuah perjumpaan yang baru dan khusus dengan Tuhan, ketika kita membiarkan cahaya dan rahmat-Nya masuk ke dalam jiwa kita." [1]

Gereja menarik perhatian kita berulang-ulang sepanjang minggu persiapan ini. Pada awal Advent ia mengundang kita: Marilah kita pergi dengan sukacita ke rumah Tuhan. [2] Paus Benediktus XVI menjelaskan bahwa "alasan mengapa kita bisa terus maju dengan gembira... terletak pada kenyataan bahwa keselamatan kita sekarang sudah ada di tangan. Tuhan datang! Dengan pengetahuan ini kita berangkat di perjalanan Advent, mempersiapkan diri untuk merayakan dengan iman peristiwa yang luar biasa dari kelahiran Tuhan. Dalam beberapa pekan mendatang, hari demi hari liturgi akan menawarkan bagi kita men-refleksi teks-teks Perjanjian lama yang mengingatkan kembali keinginan yang tetap dan yang terus hidup pada orang-orang Yahudi tentang pengharapan akan kedatangan Mesias. Berjaga-jaga dalam doa, marilah kita juga berusaha untuk mempersiapkan hati kita untuk menerima Tuhan, yang akan datang untuk menunjukkan kepada kita kerahimanan-Nya dan mengantarkan kita kepada keselamatan-Nya. "[3]

Mari kita berusaha untuk mengikuti anjuran Bapa Suci ini, dengan penuh perhatian membaca teks-teks liturgi dan merenungkannya dalam doa pribadi kita. Dan saya meminta, di samping itu, bahwa setiap dari kita berusaha keras, secara pribadi, untuk membantu memulihkan makna kristiani dari pesta ini kepada masyarakat. Kita seharusnya tidak melihat tujuan ini sebagai suatu utopia. Santo Escriva, Bapa Pendiri kita biasa mengatakan bahwa "dalam penghitungan, kamu mulai dengan angka satu," dan kemudian berangkat dari sana. Mungkin dia sedang berpikir tentang apa yang harus ia lakukan ketika Tuhan meletakkan Opus Dei dalam jiwanya, dalam tangannya. Dan bahwa semangatnya pada awal tumbuh terus-menerus dalam kerasulan yang tak tergoyahkan. Mari kita menyiapkan diri kita sendiri, karena kita semua bisa membantu mengembalikan makna Kristiani dari dunia kita ini. Setiap dari kita, dalam lingkungannya masing-masing, adalah seumpama batu yang jatuh di air, yang menimbulkan satu gelombang (riak), dan riak kedua, dan seterusnya.... [4]

Mengantisipasi kedatangan Tuhan kita, yang datang untuk memulihkan keadilan dan perdamaian di dunia, kata-kata dalam Kitab Suci terasa penuh dengan sorak kegembiraan. “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menepati janji yang telah Kukatakan kepada kaum Israel dan kaum Yehuda. Pada waktu itu dan pada masa itu Aku akan menumbuhkan Tunas keadilan bagi Daud. Ia akan melaksanakan keadilan dan kebenaran di negeri.” [5]

Kedatangan Tuhan kita ini akan selalu menjadi kenyataan, karena ia mengunjungi dunia ini terutama dalam perayaan harian Kurban Kudus Misa, dan dia datang menemui kita dengan Tubuh-Nya, dengan Darah-Nya, dengan Jiwa-Nya, dan dengan Keilahian-Nya. Dia datang kepada kita secara rohani dalam banyak hal sepanjang tahun liturgi: sekarang, dengan kekhidmatan Natal. Kehadiran-Nya begitu kuat hingga, meskipun di beberapa tempat orang-orang berusaha untuk membungkamnya, kita melihat kenyataan yang mencolok: dunia "berhenti" untuk sementara karena Kelahiran Tuhan. Kata-kata dari Mazmur mengatakan hal ini dengan tegas : Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang. [6]

Dua puluh abad yang lalu kedatangan Tuhan ke dunia terjadi secara diam-diam. Hanya malaikat dan sekelompok kecil orang-orang yang rendah hati —para gembala— berbagi sukacita dengan Bunda kita dan St Yosef atas kelahiran Sang Penebus. Sekarang juga kedatangan terus-menerus Tuhan kita berlangsung dalam keheningan. Tetapi ”di mana ada iman, di mana perkataan-Nya dinyatakan dan didengar, disanalah Tuhan mengumpulkan orang bersama-sama dan memberikan diri-Nya sendiri kepada mereka dalam Tubuh-Nya, ia membuat mereka menjadi Tubuh-Nya. Tuhan ”datang”. Dan dengan cara ini hati kita terjaga. Nyanyian baru para malaikat menjadi nyanyian dari semua orang yang, selama berabad-abad, sekali lagi menyanyikan kedatangan Tuhan sebagai seorang anak, dan bersukacita dalam hati mereka.”[7]

Mari kita berusaha untuk memberi makna kepada pengungkapan lahiriah dari hari-hari perayaan Kistiani ini. Mari kita berjuang memulihkan, sangatlah saya harapkan, makna sesungguhnya dari suasana pada minggu-minggu ini. Selalu mungkin, misalnya, dengan menyebarkan kebiasaan rohani dan devosional yang tepat bagi perayaan ini: memasang palungan bayi di rumah; mengunjungi goa natal yang ditempatkan di gereja-gereja dan di tempat lain, mungkin bersama dengan anggota keluarga lainnya, menegaskan makna spiritual dari pohon Natal dan dari hadiah-hadiah pada pesta ini, yang dimaksudkan untuk mengingatkan kita bahwa dari pohon Salib datang segala yang baik ..

Pada hari Minggu Kedua Adven kita sekali lagi diminta untuk membina sukacita karena Yesus akan segera lahir. Nabi Barukh menunjuk Yerusalem, sosok jiwa menunggu Tuhan kita, dan berkata: menanggalkan pakaian kesedihan dan kesengsaraanmu, dan mengenakan perhiasan kemuliaan Allah untuk selama-lamanya. Hendaklah berselubungkan kampuh kebenaran Allah, dan memasang di atas kepalamu tajuk kemuliaan dari Yang Kekal.[8] Tuhan telah menjanjikan sukacita yang lengkap dan tak pernah berakhir jika kita berusaha untuk memenuhi perintah-perintah-Nya dengan cinta, jika kita kembali sekali kepadaNya melalui pertobatan ketika kita telah gagal untuk berperilaku sebagai anak-anak yang baik. "Keceriaan, dan supranatural dan optimisme manusiawi," tulis Santo Josemaría, "bisa bergandengan tangan dengan kelelahan fisik, dengan kesedihan, dengan air mata (karena kita punya hati), dan dengan kesukaran batin kita dalam kehidupan atau karya kerasulan kita. "[9] Apakah kita mempergunakan kesempatan ini dan kesempatan lainnya untuk menyambut hangat kepada Tuhan kita? Apakah kita pergi ke Bunda Maria dan St Yosef dengan penuh kesetiaan, meminta mereka untuk membantu kita di jalan kita menuju Betlehem?

Bahkan kelemahan kita pribadi – tidak ada seorangpun yang bebas dari dosa dan kesalahan - harus memacu kita untuk pergi dengan lebih percaya dan penuh cinta kepada Allah Tuhan kita, yang selalu menawarkan pengampunan kepada kita, terutama dalam Sakramen Tobat. Kita tidak boleh melupakan bahwa "Optimisme kristiani bukan optimisme palsu ; juga bukan hanya keyakinan manusiawi bahwa segala sesuatu akan menjadi baik. Ini adalah optimisme yang berakar pada kesadaran akan kebebasan kita, dan dalam keyakinan yang teguh tentang kekuatan rahmat ilahi. . Ini adalah optimisme yang menuntun kita untuk menuntut diri kita sendiri, berjuang menanggapi setiap saat panggilan Allah. "[10] Dengan demikian, berakarlah dalam jiwa kita kebahagiaan sejati, sukacita bersama Tuhan kita. Bapa Pendiri kita mengalami kebahagiaan yang mendalam ketika ia menantikan kedatangan Kristus di Natal.

Semua kegembiraan ini benar-benar terpenuhi dalam Bunda kita, sebagai mana solemnitas Pesta Maria yang Dikandung Tanpa Noda Dosa mengingatkan kita. Pada pesta besar itu, Gereja menempatkan di bibir Ibu kita beberapa kata dari nabi Yesaya: “Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya. [11]

Betapa besar seharusnya sukacita kita melihat Bunda Maria begitu dekat dengan Allah, dimuliakan di dalam jiwa dan badan, dan pada saat yang sama begitu dekat dengan kita! Dari surga, ia peduli terhadap kita masing-masing ; dia mengikuti jejak kita dan meraihkan dari Putranya semua rahmat yang kita butuhkan. Demikianlah dikatakan oleh Bapa Paus : "Semakin dekat seseorang kepada Allah, semakin dekat mereka dengan orang lain. Kita melihat ini dalam Maria. Kenyataan bahwa ia memang sepenuhnya bersama Allah adalah alasan mengapa ia begitu dekat dengan manusia. Untuk alasan ini ia dapat menjadi Bunda bagi setiap penghiburan dan bag isetiap bantuan, seorang Ibu kepada siapa setiap orang dapat dengan berani memohon bantuan dalam segala macam kebutuhan dan dalam menghadapi dosa, karena ia memahami segala sesuatu dan bagi semua orang adalah kekuatan yang terbuka untuk mencipta kebaikan. "[ 12]

Sukacita liturgi Adven terhenti dengan kekuatan tak tertampung ketika tiba Minggu ketiga, pada hari Minggu yang disebut Gaudete. Kata-kata antifon pembukaan menyatakan : Gaudete in Domino semper: iterum dico, gaudete. Dominus enim prope est.[13] Bersukacitalah selalu dalam Tuhan; sekali lagi kukatakan, bersukacitalah! Tuhan sudah dekat. Ia datang untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita, ini adalah akar sukacita khas untuk Natal. Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertepuk-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem! TUHAN telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu, telah menebas binasa musuhmu. Raja Israel, yakni TUHAN, ada di antaramu.[14]

Kadang, ketika melihat penderitaan dan kemalangan yang melanda sebagian besar umat manusia, godaan akan kesedihan, akan pesimisme, atau setidaknya perasaan putus asa, mungkin akan mencoba menjalar ke dalam hati kita. Banyak situasi kekerasan dan ketidakadilan yang perlu diperbaiki; banyak orang, di seluruh dunia, kurangnya persyaratan hidup yang sangat mendasar untuk menjalani suatu kehidupan yang bermartabat. Dan di atas semua itu: kurangnya cinta dalam hati, begitu banyak yang melupakan Allah, begitu banyak keinginan-keinginan egois yang kurang lebih tertutup! Namun semua ini tidak dapat mempengaruhi kehidupan seseorang yang beriman. Sebaliknya, semua ini harus memacu kita untuk melipatgandakan usaha kita, dengan bantuan rahmat, menabur karya cinta kasih dengan berkelimpahan dalam hubungan dengan sesama. Maria membawa kebahagiaan surgawi ke rumah Elizabeth. Kamu dan saya, bagaimana kita berusaha untuk memastikan bahwa orang lain mendapat manfaat dari kedekatan dengan Yesus?

Mari kita mendengarkan nasihat Santo Josemaría: ”Mari kita mengenali kelemahan kita tetapi mengakui kekuasaan Allah. Kehidupan Kristiani harus dicapai melalui optimisme, kegembiraan dan keyakinan yang teguh bahwa Tuhan kita ingin menggunakan kita sebagai alatNya. Jika kita merasa menjadi bagian dari Gereja, jika kita melihat diri kita ditopang oleh batu karang Petrus dan oleh tindakan Roh Kudus, kita akan memutuskan untuk memenuhi tugas kecil setiap saat. Setiap hari sedikit demi sedikit kita akan menabur, dan akhirnya lumbung akan meluap . ”[15]

Mari kita lihat teladan hidup Bunda Maria. Apa relevansi di mata manusia pada seorang gadis muda, hampir seorang anak-anak, yang ada di tempat yang hampir tidak dikenal Nazaret? Namun demikian, Allah mengambilnya dan menjadikannya sebagai Ibu Sang Penebus yang telah menjadi daging. Mari kita sekali lagi merenungkan kejadian kunjungannya ke Santa Elizabeth, seperti yang kita baca pada Injil hari Minggu Adven keempat. Kidung Magnificat, buah dari percakapan Bunda dengan Allah dan dipupuk melalui keakrabannya dengan Kitab Suci, menunjukkan kepada kita sebagai kidung kepercayaan mutlak di dalam kuasa Allah, dan karena itu dipenuhi dengan sukacita yang kudus.

"Bunda kita merenungkan secara mendalam kata-kata dari pria dan wanita kudus Perjanjian Lama yang menantikan kedatangan Juruselamat, dan pada peristiwa-peristiwa dimana mereka telah ikut ambil bagian. Dia pasti kagum atas segala hal besar tentang Allah, dalam kerahiman-Nya yang tak terbatas, yang telah dilakukan bagi umat-Nya, yang begitu sering tidak tahu berterima kasih. Ketika Maria merenungkan cinta kasih Tuhan yang ditunjukkan dari waktu ke waktu terhadap umat-Nya, Hati Maria yang tak bernoda meluap pada kata-kata cinta, “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.” (Luk 1:46-48). Orang-orang Kristen perdana, anak-anak Ibu yang baik ini, belajar dari padanya; kita dapat dan harus melakukan hal yang sama. "[16]

Mari kita hayati pelajaran yang kita dapat dari Maria. Tuhan kita telah memberikan dunia kepada orang-orang Kristen sebagai warisan mereka, [17] dan kita yakin bahwa firman-Nya akan dipenuhi dengan kerjasama kita, karena Ia ingin, dalam kebaikan-Nya, memperhitungkan setiap orang dari kita. Oleh karena itu "kita harus optimis, tetapi optimisme kita harus berasal dari iman kita kepada kuasa Allah yang tidak pernah kalah dalam pertempuran, dan bukan berasal dari rasa puas manusiawi, perasaan berpuas diri yang bodoh dan sombong." [18]

Mari kita terus berdoa untuk Bapa Paus, bagi mereka yang membantunya dalam mengatur Gereja, untuk para uskup dan imam. Terutama di Tahun Imamat ini, mari kita meminta Tuhan kita untuk memberikan Gereja banyak imam suci. Seperti Holy Cure of Ars (Imam suci dari Arc: Santo Yohanes Maria Vianney) menjelaskan kepada jemaatnya, ”imam adalah cinta Hati Yesus. Jika kamu melihat seorang imam, ingatlah akan Tuhan kita Yesus Kristus.”[19]

Beberapa hari yang lalu saya melakukan perjalanan ke Cordoba, diundang oleh Administrator Apostolik untuk berbicara dengan para klerus keuskupan dalam konteks Tahun Imamat, dan bersamanya memberkati Batu Altar Santo Josemaría yang telah ditempatkan di paroki San Nicolas. Bapa Pendiri kita berdoa di gereja ini pada 20 April 1938, selama perjalanan pertamakalinya ke kota Andalusia. Saya juga mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan banyak orang, laki-laki dan perempuan, orang muda dan dewasa, yang mengambil bagian dalam karya kerasulan Opus Dei. Setelah itu saya pergi ke Pamplona, dan dari sana saya kembali ke Kota Abadi. Seperti biasa saya melakukan semua perjalanan ini dengan semangat erat bersatu dengan kalian masing-masing dan dengan perjalanan Bapa Pendiri kita, dengan memanjatkan syukur pada Allah karena benih yang telah ditaburkan oleh Santo Josemaría sudah begitu berkembang begitu menakjubkan atas kekuatan rahmat ilahi.

Dengan penuh kasih sayang, aku memberkatimu, dan selamat Natal.

Bapa kalian,

+ Javier

Roma, 01 Desember 2009

Catatan :

1. Santo Josemaría, Kristus Yang Lagi Berlalu, , no. 12.

2. Missal Romano, Minggu Pertama Masa Adven (A), Mazmur Tanggapan

3. Benediktus XVI, Homily dalam Minggu Pertama Masa Adven, 2 December , 2007.

4. Bdk. Santo Josemaría, Jalan, , no. 831.

5. Missal Romano, Minggu Pertama Masa Adven (C), Bacaan Pertama (Jer 33:14-15).

6. Missal Romano , Kelahiran Tuhan Kita, Misa Tengah Malam, Mazmur Tanggapan (Mz 95[96]:11-13).

7. Benediktus XVI, Homily Misa Kelahiran Tuhan Kita, 25 December, 2008.

8. Missal Romano, Minggu kedua Masa Adven (C), Bacaan Pertama (Bar 5:1-2).

9. Santo Josemaría, Tempaan, no. 290.

10. Santo Josemaría, Tempaan, no. 659.

11. Missal Romano, Solenitas Pesta Maria Yang Dikandung Tanpa Noda Dosa, Antiphon Awal (Is 61:10).

12. Benediktus XVI, Homili Solemnitas Pesta Maria Yang Dikandung Tanpa Noda Dosa, 8 December , 2005.

13. Missal Romano. Minggu Ketiga Masa Adven, Antiphon Awal (Phil 4:4-5).

14. Missal Romano, Minggu ketiga Masa Adven (C), Bacaan Pertama (Zeph 3:14-15).

15. Santo Josemaría, Kristus Yang Lagi Berlalu, no. 160.

16. Santo Josemaría, Sahabat-sahabat Tuhan, no. 241.

17. Bdk. Mz 2:8.

18. Santo Josemaría, Kristus Yang Lagi Berlalu, no. 123.

19. Pastor Curé of Ars, seperti yang dikutip oleh Alfred Monnin, Spirito del Curato d’Ars, Edizioni Ares 2009, p. 79.

—————

Back


Topic: Surat dari Prelat OPUS DEI : Desember 2009

No comments found.





Assumption Of The Virgin

Karya Francesco Granacci, 1517



Pusat Opus Dei Surabaya
Jln. W.R. Supratman 65
Surabaya 60263
Tlp.(62-31)5614937

Pembimbing rohani
Romo F.X. Zen Taufik
Romo Ramon Nadres