01/02/2010 21:46

Surat dari Prelat Opus Dei (Januari 2010)

"Peristiwa Penampakan Tuhan (Epifani) selalu tepat pada waktunya," Prelat Opus Dei menunjukan pada kita dalam suratnya yang pertama di tahun 2010. Setiap jaman, setiap negara, setiap generasi baru, haruslah dihantar kepada Kristus."

01 January 2010


Anak-anakku yang terkasih : semoga Yesus menjaga kalian, putra dan putriku !

Selama beberapa hari terakhir, Gereja telah mengundang kita berkali-kali melintasi jalan menuju Betlehem, untuk sujud menyembah dan bersyukur kepada Yesus. Segala sesuatu tertuju pada-Nya dalam minggu pertama masa Natal. Tokoh lain pada peristiwa itu – pertama-tama adalah Bunda Maria dan St Joseph - tetap berada di balik layar karena tokoh utamanya adalah Tuhan kita, Putra Bapa yang Kekal -Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar- yang telah menjadi manusia untuk kita dan untuk keselamatan kita. Sekarang, ketika tahun baru dimulai, kita diundang untuk mengalihkan perhatian kita pada tokoh-tokoh Natal lainnya: kepada Perawan Maria, di tempat pertama, dan, di sebelahnya, yang tak terpisahkan darinya, St Joseph.

Hari ini, pada Hari Raya Santa Maria Bunda Allah, jiwa kita dipenuhi dengan kekaguman dan kegembiraan, ketika kita menyapa Bunda kita dengan seruan ini, akar dari semua rahmat yang telah Allah Mahakuasa anugerahkan kepada seseorang yang, sejak kekal, dipilih sebagai Bunda Putra-Nya sesuai dengan kodrat manusiawi. “Karena itu, ia dikandung tak bernoda dan penuh rahmat; karena itu, dia tetap perawan, ia diangkat tubuh dan jiwa ke surga dan telah dinobatkan Ratu dari semua ciptaan, di atas para malaikat dan orang-orang kudus. Lebih besar dari dia, tak satu pun selain Allah.”[1] Semua ini adalah kehendak Allah, seperti Gereja mengajar dan seperti kita orang Kristen percaya. "Tidak ada bahaya melebih-lebihkan," St Josemaría menegaskan. "Kita tidak pernah dapat berharap untuk mengerti misteri yang tak terkatakan ini; juga tidak akan kita pernah bisa cukup berterima kasih kepada Bunda kita karena membawa kita ke dalam keintiman yang mendalam dengan Tritunggal Mahakudus." [2]

Hari ini merupakan kesempatan yang luar biasa untuk memberikan dorongan baru bagi hubungan bakti kita sebagai seorang anak dengan Bunda kita dan untuk berterima kasih atas perhatian keibuan-nya. Maria selalu mengantarkan kita kepada Yesus, seperti yang terjadi dengan tokoh-tokoh dari Timur, orang bijak, yang mengikuti sebuah bintang ke Betlehem untuk menyembah Mesias yang baru lahir. Dan di manakah mereka menemukannya? St Matius mengatakan kepada kita dengan sangat sederhana: Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.[3] Apakah kita telah berusaha untuk semakin dekat dengan Bunda Maria, agar sepenuhnya menjadi milik Tuhan ? Apakah kita sungguh-sungguh mengulang kata-kata Bapa kita: "Bunda Allah dan Bunda kita"?

Bagian kedua masa Natal, yang dimulai hari ini, terus tertuju pada Yesus, menyajikan kepada kita konsekuensi inkarnasi dan kelahiran Tuhan kita. Dalam berbagai cara, itu mengingatkan kita bahwa Allah telah mengambil kodrat kita sehingga semua laki-laki dan perempuan dimungkinkan menjadi putra dan putri Allah. Inilah ringkasan dari kabar baik yang dikabarkan oleh para malaikat kepada para gembala itu untuk seluruh bangsa. [4] Hal ini ditujukan tidak hanya ke bangsa Israel, tetapi untuk seluruh umat manusia, yang Tuhan ingin panggil bersama-sama dalam Gereja, Tubuh Mistik Kristus . Nabi Yesaya telah menyatakan ini berabad-abad yang lalu, ketika ia menulis: Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu. Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendong. Pada waktu itu engkau akan heran melihat dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan akan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu. Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN. [5]

Nubuatan ini digenapi "ketika ketiga orang Majus, dipanggil dari negeri yang jauh, dipimpin oleh sebuah bintang untuk menemukan dan sujud menyembah Raja surga dan bumi. Kepatuhan akan bintang ini," tulis St Leo Agung, "mengundang kita untuk meniru dengan ketaatan dan menjadikan diri kita sendiri, sejauh dimungkinkan, sebagai para pelayan kasih karunia ini yang memanggil semua laki-laki dan perempuan kepada Kristus. "[6]

Epifani menyatakan kepada kita pesta seluruh umat manusia, karena itu menjadi jelas bahwa semua masyarakat dan segala bangsa dipanggil untuk menjadi bagian dari Umat Allah. Tak terpisahkan dari segi ini, ia juga merupakan sebuah panggilan akan tanggung jawab bagi semua orang Kristen, yang dipakai oleh Tuhan untuk menyebarkan kabar baik sampai ke ujung bumi. Seperti Paus St Leo menjelaskan, "didorong oleh semangat ini, kalian harus berjuang untuk menjadi berguna bagi satu sama lain, hingga bersinar sebagai anak-anak terang (bdk. Ef 5:8) di dalam kerajaan Allah, yang kita capai melalui sebuah keteguhan iman dan perbuatan baik. "[7]

"Dua puluh abad telah berlalu sejak misteri itu telah diungkap dan disebar kemana-mana dalam Kristus, tetapi masih belum terpenuhi secara lengkap," [8] kata Uskup Roma. Misi Gereja terus dilaksanakan sampai akhir zaman, karena setiap jaman, setiap negara, setiap generasi baru, mesti dibawa kepada Kristus. Peristiwa Epifani selalu tepat pada waktunya. Dihadapkan dengan pandangan ini, Paus Benediktus XVI bertanya: "dalam arti apakah Kristus masih Sang Lumen Gentium, Terang bangsa-bangsa, hari ini? Apa intinya - jika seseorang dapat menggambarkannya – sudahkah perjalanan bersama bangsa-bangsa kepada Allah telah tercapai? Apakah itu dalam sebuah tahap kemajuan atau kemunduran? Dan lebih lanjut: siapakah orang-orang Majus hari ini? Berpikir tentang dunia sekarang ini, bagaimana seharusnya kita menafsirkan tokoh-tokoh misterius ini dalam Injil ? "[9]

Jawaban untuk berbagai pertanyaan ini ada di tangan setiap orang Kristen. Semuanya tergantung pada rahmat Allah dan, pada saat yang sama, semuanya tergantung pada tanggapan para pengikut Kristus, yang harus melanjutkan alur yang telah dibuka oleh Tuhan kita dan diperdalam oleh generasi-generasi penerus, dari para Rasul dan para wanita abad pertama sampai dengan hari ini. Tidakah ini memenuhi kalian dengan sukacita memikirkan bahwa Tuhan kita mengandalkan setiap orang di antara kita, sekalipun pribadi kita lemah, untuk mewartakan Injil sampai ke ujung bumi?

Pada saat ini ada kebutuhan mendesak untuk menyebarkan ajaran Kristus, terutama di sektor-sektor tertentu. Saya sedang memikirkan semua orang-orang di pemerintahan, ilmuwan dan peneliti, orang yang bekerja di bidang opini publik, dan sebagainya Tapi kita semua harus mendengarkan suara Tuhan dan mengikutinya. Oleh karena itu kita harus mohon kepada Tuhan, dengan kerendahan hati, dengan gigih, dengan keyakinan, agar Ia membuka pikiran dan hati kepada cahaya-Nya. Hari ini juga banyak pria dan wanita perlu untuk sanggup mengatakan: kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia. [10] Dan mereka akan bertindak demikian jika kita yang percaya dalam Kristus mendekati mereka dengan persahabatan yang tulus dijiwai dengan amal dan pengertian, dan juga dengan kehangatan manusiawi, dikuatkan oleh doa dan pengorbanan, dan juga dengan rasa syukur atas kebaikan yang mereka lakukan.

Apa yang mengagumkan kita tentang sikap para Majus ini, kata Benediktus XVI, " adalah bahwa mereka merebahkan diri mereka di hadapan bayi sederhana dalam pelukan ibunya, bukan dalam kemegahan di istana kerajaan namun, sebaliknya, dalam kemiskinan sebuah kandang di Betlehem (bdk. Mat 2:11). Bagaimana ini mungkin? Apa yang membuat para Majus yakin bahwa Anak itu adalah "Raja orang Yahudi” dan Raja bangsa-bangsa? Tidak ada keraguan bahwa mereka diyakinkan oleh tanda dari bintang yang telah mereka lihat “mendahului” dan sampai berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. (bdk. Mat 2: 9). Tapi bintangpun tidak cukup bila para Majus tidak memiliki hati yang terbuka bagi kebenaran. Dibandingkan dengan Raja Herodes, yang diliputi dengan kepentingannya akan kekuasaan dan kekayaan, para Majus itu diarahkan ke arah tujuan pencarian mereka dan ketika mereka menemukannya, meskipun mereka terpelajar, mereka bersikap seperti para gembala Betlehem: mereka mengenali tanda dan menyembah Sang Anak, mempersembahkan persembahan yang berharga dan simbolis yang mereka bawa.”[11]

Mari kita teruskan untuk merenungkan kenyataan bahwa: “Tuhan kita meminta semua orang keluar untuk menemuiNya, untuk menjadi orang-orang kudus. Dia tidak hanya memanggil orang-orang Majus, yang bijaksana dan berkuasa. Sebelum itu Ia telah mengutus, bukan bintang, tetapi salah satu malaikat-Nya kepada para gembala di Betlehem (bdk. Luk 2:9). Kaya atau miskin, bijaksana atau kurang, kita semua harus memelihara di dalam hati kita sebuah kerendahhatian yang memungkinkan kita untuk mendengarkan sabda Tuhan.”[12]

Ini adalah tugas semua orang Kristen yang ingin konsisten dengan panggilan mereka: untuk menghantar Kristus kepada orang lain, untuk menjadi "corong"-pertama melalui keteladanan mereka, tetapi juga oleh pewartaan mereka -dari ajaran Gereja, terutama dalam topik perdebatan paling dasar dalam opini publik: menghargai manusia dalam semua tahap; kewajiban berusaha untuk memastikan bahwa undang-undang sipil mendorong dan melindungi hakikat sebenarnya dari keluarga yang didirikan oleh Sang Pencipta, berdasarkan perkawinan yang tak terpisahkan dari seorang pria dan seorang wanita, terbuka untuk hidup; hak untuk memilih bentuk pendidikan bagi tiap anak yang sesuai masing-masing bagi spiritual dan moral yang baik , dll

Namun janganlah menyangka, bahwa tugas ini diperuntukkan bagi mereka yang bekerja atau bertindak langsung di bidang ini. Seperti yang saya sebutkan kepada kalian baru-baru ini, mengambil pemikiran dari Bapa kita, dalam penghitungan kalian mulai dengan satu, dan kemudian tambahkan satu lagi, dan lagi. …Kerasulan pribadi masing-masing sangat efektif dalam keadaan dimana kehidupan biasa tersingkap. Oleh karena itu kita harus mempertimbangkan dengan hati-hati, dalam pemeriksaan batin, bagaimana kita telah membantu jiwa-jiwa untuk lebih dekat kepada Tuhan: berapa banyak doa, berapa banyak pengorbanan, berapa jam kerja yang dilakukan dengan baik yang telah kita lakukan, berapa banyak percakapan kita telah–secara pribadi, atau secara tertulis, memanfaatkan semua sarana dalam jangkauan kita–dengan teman-teman, saudara, kolega, kenalan. Dan mari kita berbicara tentang keprihatinan suci ini dalam bimbingan rohani pribadi, sehingga kita dapat membantu dan mendorong dalam kerasulan, yang merupakan kewajiban setiap orang Kristen.

Tepat setelah Epifani kita merayakan pesta Pembaptisan Tuhan kita. Jika penampakan Mesias untuk Orang Bijak adalah sebuah "pra-pengumuman" rencana penyelamatan universal Allah, dengan Pembaptisan di Sungai Yordan rencana mulai terpenuhi. Sebagaimana seorang Bapa Gereja menjelaskan, "Juruselamat, oleh misteri pembaptisan-Nya, menyucikan air di semua tempat air suci (font)." Sejak saat itu, setelah menjadi alat dan tanda penyucian, air baptis, melalui kemanjuran yang dianugerahkan oleh seruan Tritunggal Mahakudus yang tersuci, memiliki di dalamnya kuasa untuk mengampuni segala dosa.

Epifani adalah sebuah misteri yang memiliki banyak aspek. Liturgi mengingatkan penampakan Kristus tidak hanya untuk orang-orang Majus atau selama Pembaptisan di Sungai Yordan, tetapi juga di Kana di Galilea, ketika Dia mengubah air menjadi anggur. Tahun ini, dalam Injil untuk hari Minggu kedua masa biasa, Ibu Yesus mendapat sorotan khusus. [14] Dengan perantaraannya demi kepentingan kepentingan manusia, Maria sampai batas tertentu "memaksa" Kristus untuk memajukan ”waktu” dari perwujudan Mesianik, sehingga mempertebal iman murid-murid pertama. Mari kita pergi kepadanya sehingga ia juga membangkitkan iman kita dalam menghadapi tantangan kerasulan -tantangan yang luar biasa!- yang kita umat Kristen hadapi.

Mari kita mendengarkan nasihat St Josemaria: "Jika iman kita lemah, kita harus berpaling kepada Maria. Karena keajaiban pada pesta pernikahan di Kana, yang dilakukan Kristus atas permintaan ibu-Nya, para murid-Nya belajar untuk percaya kepadanya (Yoh 2:11). Ibu kita selalu menjadi perantara dengan Putra-nya sehingga Ia dapat mengurus kebutuhan kita dan menunjukkan diri-Nya kepada kita, sehingga kita dapat berteriak, "Engkau adalah Anak Allah." "Berilah aku, ya Yesus, iman yang sungguh-sungguh mengharap. Bundaku, Santa Maria tersuci, buatlah aku benar-benar percaya!" [15]

Beberapa hari lagi kita akan kembali merayakan ulang tahun St Josemaría. Berbicara secara manusiawi, adalah wajar kalau kita ingin untuk memberikan beberapa hadiah. Dan ”hadiah” apa yang lebih baik daripada keinginan untuk bertumbuh dalam semangat kerasulan, dengan perbuatan-perbuatan yang mewujudkan keinginan bagi keselamatan jiwa-jiwa yang telah Yesus kobarkan dalam hati kita? Kemudian, di pertengahan Januari, kita memiliki tradisi pekan doa bagi persatuan umat Kristiani, yang memberikan kesempatan baru kepada kita untuk mohon kepada Roh Kudus agar upaya-upaya ekumenis Bapa Suci Benediktus XVI, dan bersamanya semua orang Kristen, semoga menghasilkan buah yang diinginkan.

Syukur kepada Allah, insiden yang dialami Paus pada malam Natal tidak memiliki dampak yang serius. Dari sudut pandang iman, kita harus melihat ini sebagai sebuah panggilan Tuhan agar doa kita bagi Uskup Roma lebih ditingkatkan dan terus menerus.

Niat saya masih sangat banyak. Marilah kita semua bersatu dengan erat pada tahun ini yang dimulai, dengan kesatuan doa dan niat, sehingga Tuhan kita, melalui perantaraan Bunda tersuci, semoga menganugerahui segala yang kita minta dari-Nya.

Beberapa hari yang lalu, kerena beberapa alasan, saya pergi ke Swiss. Seperti biasanya saya melakukan perjalanan erat bersatu dengan kalian semua. Saya mendapat kesempatan untuk berdoa di Einsiedeln, tempat ziarah Maria di mana Santo Josemaría, dan juga yang tercinta bapa Álvaro, kunjungi berkali-kali. Di kaki Bunda kita, saya dengan sungguh-sungguh menyerahkan hidup kalian, agar supaya kita benar-benar ingin dan tahu bagaimana mengubahnya ke dalam Opus Dei, mempersembahkannya kepada Allah dengan ketulusan yang terus menerus.

Dengan semua kasih sayang, saya memberkati Anda,

Bapamu
+ Javier


Roma, 1 Januari 2010


Catatan kaki :

[1] Santo Josemaría, Sahabat-sahabat Tuhan, no. 276.
[2] Ibid.
[3] Mat 2:11.
[4] Luk 2:10.
[5] Yesaya 60:1-6.
[6] St Leo Agung, Homili di Epiphany 3, 5 (PL 4, 244).
[7] Ibid.
[8] Benediktus XVI, Homili pada Hari Raya Penampakan Tuhan (Epifani), 6 Januari 2007.
[9] Ibid.
[10] Mat 2:2.
[11] Benediktus XVI, Homili pada Hari Raya Penampakan Tuhan (Epifani), 6 Januari 2007.
[12] Santo Josemaría, Kristus yang lagi berlalu, no. 33.
[13] St Maximus dari Turin, Homili 13A, 3 (CCL 23, 46).
[14] Bdk. Missale Romanum, Minggu Kedua Masa Biasa (C), Injil (Yoh 2:1:11.)
[15] St Josemaría, Rosario Suci, komentar di Misteri Cahaya kedua.

 

—————

Back


Assumption Of The Virgin

Karya Francesco Granacci, 1517



Pusat Opus Dei Surabaya
Jln. W.R. Supratman 65
Surabaya 60263
Tlp.(62-31)5614937

Pembimbing rohani
Romo F.X. Zen Taufik
Romo Ramon Nadres